Laporan wartawan sorotnews.co.id : Toni.
KOTA PEKALONGAN, JATENG – Setidaknya 50 persen sekolah mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP hingga SMA di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, hari ini melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan terbatas.
Seperti halnya pelaksanaan PTM terbatas di SMA 1 Kota Pekalongan diikuti oleh 321 pelajar kelas 10 atau siswa ajaran baru.
Kepala Sekolah SMA 1 Kota Pekalongan, Budi Hartati mengatakan, proses pelaksanaan PTM terbatas mengikuti protokol kesehatan ketat seperti wajib memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
“Adapun jumlah siswa di dalam kelas juga dibatasi yakni maksimal 18 anak,” terang Budi Hartati, Rabu (1/9/2021).
Ia menjelaskan, tidak hanya aturan protokol saja yang wajb diikuti. Pengaturan siswa mulai dari masuk kelas untuk memulai pelajaran hingga keluar kelas atau pada saat pulang juga ikut diatur.
“Kami sudah pasang sejumlah penanda seperti panah dan tanda silang sebagai petunjuk bagi siswa sehingga setelah hari pertama masuk sekolah anak-anak akan memahami dan besoknya diharapkan sudah bisa langsung otomatis berjalan,” katanya.
Selain itu, untuk memudahkan sekaligus efisien dalam pelaksanaan PTM terbatas, pihak sekolah juga memanfaatkan teknologi Avermedia yang memungkinkan satu orang guru mengajar di dua kelas sekaligus.
“Ini teknologi baru yang sudah diterapkan sejak tahun lalu. Teknisnya dengan alat tersebut para siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru dengan hanya memperhatikan layar sebagai pengganti papan tulis secara detail. Dua ruang kelas yang dibatasi sekat kami copot untuk memberikan ruang bagi guru yang dilengkapi alat khusua dan laptop bisa mengawasi dua kelas sekaligus,” paparnya.
Ia menambahkan, PTM terbatas rencananya akan berlangsung selama sepekan. Setelah itu kami menunggu petunjuk selanjutnya dari pemerintah yang akan melakukan evaluasi.
“Bila nanti PTM terbatas bisa berlanjut maka sesuai dengan kebijakan yang ada maka akan diberlakukan sistem bergilir di mana kelas 11 akan yang sudah lama belajar secara daring akan kembali masuk dengan tatap muka,” jelasnya.
Sementara itu salah satu siswa kelas 10 Mipa 1, Sadilva Sadiah (15) mengaku senang dan semangat mengikuti PTM terbatas untuk pertama kalinya.
“Senang sekali bisa belajar di sekolah ketemu guru dan teman,” katanya.
Ia membandingkan, selama mengikuti pelajaran jarak jauh (PJJ) atau cara daring dengan PTM terbatas banyak yang dirasakan perbedaanya, mulai dari mengantuk, tidak nyaman hingga materi yang diberikan kurang bisa dipahami.
“Belajar di rumah itu kan tidak bertemu langsung dengan guru jadi materi pelajaran yang diberikan kurang bisa dipahami sedangkan kalau di sekolah kan lebih enak ketemu teman dan guru, jadi materinya lebih mudah dipahami,” tuturnya.