Laporan wartawan sorotnews.co.id : Nur Qolbi.
PONOROGO, JATIM – Anak pertama dari pasangan Puji Susanti (33th) dan Burhan Fadoli (40th) yaitu Genta Fabian Pratama (12th) terlahir sebagai penyandang Down Syndrome di Ponorogo, Jawa Timur.
Down Syndrome bukanlah suatu penyakit, namun merupakan hasil dari kelainan genetik pada kromosom 21, yang bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan dan Intelektual (Tunagrahita).
Genta baru bisa berjalan di usia 4 tahun, dan terapi pada usia 5 tahun sampai 6,5 tahun di klinik tumbuh kembang anak terdekat. Rutinitas keseharian Genta saat ini adalah bersekolah di SLBN Jenangan duduk di kelas 6-c, bermain, belajar, dan mengaji dirumah bersama Ibundanya.
Ely Fauziah, S.Pd, Wali kelas Genta berkata, “Untuk pelajaran yang disenangi Genta cenderung pada hafalan, misal mengaji surat-surat pendek banyak yang hafal, karena dia sering mendengar. Untuk arah akademik dan vocasi belum nampak selama 1 tahun saya pegang.” ucap Ely pada Rabu 15/06/22 di Jenangan Ponorogo Jawa Timur.
“Untuk anak-anak Down Syndrome yang mengalami keterlambatan Intelektual (Tunagrahita) metode pembelajaran untuk diskusi tidak bisa, terbentur dengan masalah kognitif. Pengembangan bahasa Genta cukup baik, sosialisasi juga baik tapi sedikit usil sama teman-temannya,” kata Ely.
Menurut Nixon, Amd.FT., S.Psi., M.Pd. Spesialis Fisioterapi, Psikologi dan Pendidikan “Metode pelajaran mereka discovery (menemukan). Apapun yang diajarkan dan selama itu bermanfaat untuk fungsi hidup individu Down Syndrome harus dibiasakan dengan cara di ulang-ulang minimal 62 kali,” kata Nixon.
Puji Susanti Ibunda Genta berharap, “Keluarga besar Genta agar lebih dapat mensupport Genta, dalam perkembangan dan kemandirian Genta. Karena memiliki anak dengan Down Syndrome banyak membutuhkan sarana alat belajar sebagai pendukung perkembangan Genta. Semoga Genta dapat memiliki jalan kemandirian untuk masa depannya,” tutur Puji.