Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Minardi.
MUNA, SULTRA – Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional di Indonesia yang diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). PON diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Pekan Olahraga Nasional singkatan PON pertama kali di laksanakan pada tahun 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.
2 atlet putri sepak takraw asal desa Lambiku sukses membantu tim sepak takraw Sultra lolos kualifikasi PON XXI Aceh 2024 yang di helat di Mamuju, Sulawesi Barat. 2 atlet putri sepak takraw Sultra asal Desa Lambiku atas nama Tuyan Plusat Cung dan Ulfa Elfansha.
Bakat olahraga Tuyan Plusat Cung yang akrab dengan sapaan Tuyan dan Ulfa nama sapaan Ulfa Elfansha sudah dimiliki sejak kecil. Namun bedanya saat kecil keduanya menggeluti olahraga yang berbeda-beda. Misalnya tuyan semasa kecil nya suka bermain olahraga seperti sepakbola, voli dan lompat jauh. Sedangkan Ulfa lebih fokus pada satu olahraga yaitu voli.
Bakat olahraga Tuyan dan Ulfa barulah terfokus ketika itu di Kabupaten Muna kekurangan atlet sepak takraw untuk tampil di Pekan Olahraga Daerah (PORDA) yang dilaksanakan di Buton dan saat itu La Ode Halidin, S.Pd.M.Si selaku ketua PSTI Muna melakukan seleksi atlet sepak takraw yang di adakan di Kelurahan Tampo Kecamatan Napabalano dan mereka pun terpilih untuk mewakili Muna di ajang PORDA. Mulai saat itu lah bakat mereka mulai di lirik oleh provinsi dan la Ode Halidin mengutus Tuyan dan Ulfa untuk mengikuti pelatihan dan bersekolah di Provinsi tepatnya di Kendari dengan tempat pemusatan latihan bernama PPLP.
Tuyan Plusat Cung adalah anak dari pasangan Alm. Impong dan ibu Wa Paiya. Tuyan lahir dari keluarga yang terbilang tidak mampu/keluarga apa adanya. Impong bapak dari tuyan adalah seorang pekerja di hutan sebagai tukang senso dan ibu hanya sebagai pengurus rumah tangga. Saat berusia 14 tahun Tuyan yang saat itu menduduki kelas 2 SMP harus merasakan sakit yang begitu dalam dimana sang bapak terlebih dulu menghadap yang kuasa Allah SWT.
Tidak berbeda jauh dengan Tuyan, Ulfa pun demikian dia lahir dari pasangan yang hidup dalam serba apa adanya. Ulfa lahir dari pasangan yang bernama La Irisi dan Sulfia. Sedikit berbeda Tuyan, Ulfa masih memiliki Bapak dan Ibu, bapak Ulfa bekerja sebagai honorer sebuah kantor yang baru saja lulus pada seleksi P3K sedang kan ibu hanya mengurus rumah tangga. Namun meski begitu Ulfa dan keluarga tetap saja hidup dalam serba kekurangan dan memungkinkan keluarga mereka untuk tetap hidup apa adanya.
Ulfa dan Tuyan masing-masing mendapatkan pesan dan harapan dari orangtunya masing, Tuyan yang di rumah hanya tinggal bersama ibunya mendapatkan pesan semoga selalu menjadi pribadi yang tegar dan kuat serta selalu rendah hati dan harapan dari ibu nya semoga tuyan mampu mengantar Sultra meraih hasil terbaik di ajang sepak takraw dan semakin sukses. Kalimat itu pun senada dengan yang di ucapkan oleh orang tua dari Ulfa. Saat ditemui di kediamannya masing-masing
Atas prestasi mereka berdua pun tak lepas dari perhatian kepala desa lambiku. Masar selaku kepala desa lambiku mengaku akan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya bagi kedua atlet putri asal desa lambiku itu, namun kepala desa lambiku itu masih merahasiakan bentuk apresiasi nya. Beliau menyatakan bahwa sambutan itu akan menjadi surprise buat mereka jadi mengapa beliau belum mau mengungkapkan nya. Tak hanya itu kepala desa lambiku itu juga mengaku akan memberikan apresiasi bagi keluarga besar Tuyan maupun Ulfa. Ucap kepala desa saat ditemui di ruangan kerjanya.