Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Tiyano.
JAKARTA – Dengan rasa semangat yang luar biasa dalam rangka mengikuti sebuah ujian di sekolah demi mendapat nilai ya baik untuk sebuah hasil kelulusan murid, seorang siswa di Jakarta Barat diduga tidak boleh ikut ujian karena belum melunasi pembayaran uang ujian senilai kurang lebih 5 juta rupiah.
Siswa yang merupakan putra dari seorang ibu Pedagang Gorengan Keliling tersebut hanya bisa pasrah dan duduk di depan ruangan menunggu kepastian apakah ia bisa mengikuti ujian atau tidak.
Nasib malang terjadi kepada salah satu siswa SMK (NS) sekolah swasta yang berada wilayah Kedoya Selatan, Kebon Jeruk Jakarta Barat yang bernama Inisial (MH) ini menceritakan kisah sedihnya terkait orang tuanya yang belum bisa melunasi untuk membayar semua biaya ujian sekolah dan harus dikasih kartu sementara.
Saat ditemui awak media pihak keluarga dari MH mengatakan, “Iya kami sangat menyayangkan dengan pihak sekolah. Karena memaksa harus membayar minimal 3 juta dahulu dari nominal sebesar 5 juta yang sudah ditentukan pihak sekolah, tanpa surat edaran resmi ke pihak orang tua murid,” ujar (AN) kakak perempuan siswa, Senin (05/02/2024)
Selanjutnya AN menceritakan bahwa adikya itu sangat semangat sekali untuk mengikuti sebuah ujian hari ini (5/1) di SMK N, walaupun orang tuanya mengusahakan sebelumnya sudah bayar sekitar Rp. 1.800.000 akan tetapi pagi ini pihak sekolah menuntut pihak orang tua murid harus berusaha menambahkan biaya bayar ujian, pada akhirnya sang ibu yang sebagai pedagang gorengan tersebut harus meminjam kepada tetangganya sebesar Rp. 500.000 walau harus dikenakan bunga dikemudian hari, semua itu dilakukan demi membayar ujian anaknya agar bisa mengikuti ujian di sekolah.
“Pagi tadi membayar Rp. 500.000 kepada pihak sekolah dengan semua total yang dibayarkan kurang lebih sudah masuk Rp. 2.300.000 dengan diberikan kartu sementara untuk mengikuti ujian hari ini, itu pun kalo belum bayar kedepannya belum tentu bisa ikut ujian,” jelasnya.
Pihak keluarga dari murid yang sudah kelas 12 ini, berharap agar pihak SMK N mempunyai kebijaksanaan agar anaknya tetap menjalankan sebagai murid bisa melaksanakan ujian seperti murid yang lainnya.
Menurut AN memang keluarganya dari murid yang bernama (MH) ini memang ekonominya sedang tidak baik, apalagi ayahanda dari sang murid sudah sangat tua dan sedang sakit sakitan.
“Sekali lagi, dari pihak keluarga berharap agar pihak sekolah memberikan kebijaksanaan dengan cara menyicil untuk pembayaran ujian MH di sekolahan NS,” harapnya.
“Dan saya berharap anak saya ini bisa sekolah dengan sebaik – baiknya, semiskin apapun saya, anak saya harus tetap sekolah dan saya mohon maaf kepada pihak sekolah mungkin saya juga salah, kenyataan ini terjadi kepada saya dan anak saya,” sambung ibunya.
Lebih lanjut, pimpinan Kepsek saat dikonfirmasi tidak mau ditemui lalu diserahkan ke Wakil Kepala Sekolah. Kemudian Wakil Kepala Sekolah saat dikonfirmasi mengatakan bahwa tidak benar apabila ada murid yang tidak diperbolehkan ujian pada hari ini.
“Hanya memang kesepakatan dan kebijakan dari pihak sekolahan ini harus membayar sesuai minimal Rp. 3.000.000 rupiah dari nominal yang sudah ditentukan sebesar Rp. 5.000.000,” ucap FR Wakil Kepala Sekolah.
Dalam keterangannya, FR membenarkan adanya memberikan kartu sementara agar bisa ada perbedaan mana yang sudah bayar dan mana yang masih tahap penyicilan.
“ntinya tidak ada dari pihak sekolah yang tidak membolehkan siswa dan siswinya walau belum bayaran ujian tidak bisa mengikuti ujian di sekolahan ini,” tegas FR, Senin (5/2).
Sampai berita ini ditayangkan, belum diketahui secara pasti apakah masih ada nasib beberapa siswa yang lain yang juga mengalami menunggak pembayaran SPP, diizinkan untuk bisa mengikuti ujian atau tidak.