Keluarga Besar Tobelo Raja Ampat Dukung Gabriel Asem – Lukman Wugaje

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Oriyen Suebu.

RAJA AMPAT, PBD – Ketua korwil relawan Sobat GAUL Kabupaten Raja Ampat beserta Tim Pemenangan diundang oleh keluarga besar Tobelo pada tanggal (22/10/2024) pukul 10:03 WIT malam di Perumahan 100 lorong Galian C, Kota Waisai Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya (PBD).

Bacaan Lainnya

Dalam pertemuan ini, Keluarga besar Tobelo menceritakan tdengan singkat kebaikkan kepemimpinan Bapak Wanma selama menjabat jadi Bupati Kabupaten Raja Ampat. Beliau sangat memperhatikan rakyat kecil di Kabupaten Raja Ampat, salah satunya keluarga besar Tobelo, sehingga kami orang Tobelo tidak dapat membalas Budi baiknya, ucap masyarakat Tobelo dalam pertemuan dengan Tim Relawan Sobat GAUL.

Keluarga besar Tobelo juga menceritakan tentang masa kepemimpinan mantan Bupati Kabupaten Raja Ampat, selama 2 periode, mereka dianak tirikan.

Oleh sebab itu, keluarga besar Tobelo menyatakan sikap dukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua Barat Daya Gabriel Asem – Lukman Wugaje.

“Apabila GAUL terpilih jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua Barat Daya, tolong lihat kami keluarga besar Tobelo seperti masyarakat Nusantara lainnya,” pinta keluarga besar Mambrasar yang berasal dari Tobelo Maluku Utara.

Ketua Korwil relawan Sobat GAUL Marice Faidiban Menyampaikan bahwa Tim Relawan Sobat GAUL datang untuk memenuhi undangan keluarga besar Tobelo asal Maluku Utara guna mendengar aspirasi dan keluh kesah mereka.

Marice Faidiban berserta Tim Pemenangan sudah melakukan aklamasi ketua posko pemenangan Relawan Sobat GAUL dan juga Tim sudah memintai data mereka.

Ia beberkan perlakuan seorang figur pemimpin yang tidak berperrikemanusiaan dan perikeadilan, sebab keluarga besar Tobelo, marga Mambrasarr dan ada beberapa marga orang asli Papua asal Tobelo yang diisolasi oleh seorang mantan pemimpin di Kabupaten Raja Ampat ini.

“Saya heran, marga marga orang asli Papua asal Tobelo yang tinggal di Waisai tidak diperlakukan sama seperti orang asli Papua atau masyarakat Nusantara lainnya, pada hal mereka ini adalah orang asli Papua, hanya saja pada zaman kesultanan mereka dibawa dan diberikan tempat tinggal oleh Sultan di Daerah Ternate,” tandas Marice Faidiban.*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *