Monitoring dan Evaluasi Capaian Program Investing Nutrition In Early Years (Iney Fhase II) Dihadiri Tim Kemenkes RI

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Hendra. 

BIREUEN, ACEH – Pj Bupati Bireuen, Jamalluddin, SH, MM didampingi Asisten dan Kadinkes Bireuen, menghadiri Acara Monitoring dan Evaluasi Capaian Program Investing Nutrition In Early Years (Iney Fhase II) yang dilaksanakan di Oproom Kapuspemkab.Bireuen, Kamis (24/10/2024).

Acara dihadiri juga Tim dari Kemenkes RI dan Lintas Sektor diantaranya, Ir, Zeny Dermawan, MBA, S.Si,Apt TP2S Setwapres, Ilham Andi w : kemenkeu, Farida Ekasari, S.IP., MKM dari BKKBN Pusat, Dhiki Mardiana Januari S,Pt dari BKKBN Pusat, Al kindi HArley, MA BKKBN Propinsi, Arman Budijaya (Sstditjen Kesmas), Maria A Audrey (Staf money sekretariat Iney ), Dr.Arifin Ahmad, S,Si.T.M.Kes (Wadir 1), Dr. Teuku Salfiadi, SKM, M.Kes (Wadir 3), Dr Wilda Hayati, S.Kep
M.Kep, Sp.COM dan Dosen Pendaping.

Gambaran umum kegiatan ini adalah, Pemerintah Indonesia telah menunjukan komitmen yang tinggi dalam upaya percepatan perbaikan gizi di Indonesia, hasil SSGBI Tahun 2019 menunjulan adanya penurunan prevalensi Stunting (Pendek) pada anak dibawah lima tahun (balita) dari 30,8 persen (Riskesdas 2018) menjadi 27,3 persen.

Demikan halnya dengan proporsi balita yang mengalami wasting (kurus) menurun dari 10,2 persen (Riskesdas 2018) menjadi 7,4 persen (SSGBI 2019) dan kekurqngqn gizi lainya yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai dari bayi dalam kandungan sampai bayi berusia 2 (dua) tahun selain berdampak pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak dimasa depan.anak yang mengalami stunting juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular (PTM).

Disisi lain, Pj. Bupati Bireuen, Jalaluddin, SH., MM dalam sambutanya mengatakan, Indonesia sedang menghadapi tantangan besar tentang status gizi. masalah gizi merupakan masalah konpleks di Indonesia, termasuk Aceh dan Kabupaten Bireuen.

Masalah gizi tidak semata – mata karena kurangnya asupan makanan akan tetapi banyak faktor yang menjadi pentebab masalah gizi, yaitu masalah asupan gizi dan penyakit infeksi saling berhubungan dan merupakan penyebab langsung.sedangkan penyebab tidak lanhsungnya adalah, ketersediaan dan pola kosumsi rumah tangga kesehatan lingkungan dan pola asuh, daya beli yang cukup juga belum bisa mencerminkan kecukupan asupan gizi anggota keluarga dalam rumah tangga tampa pengetahuan terhadap makanan bergizi seimbang.

Hasil survey KI (2023), Pravelensi balita stunting mengalami kenaikan dari 23,4% menjadi 32,9%.wasting 14,5% menjadi 15,9%.underweight 25,5% menjadi 31,9%.penyebab stunting antara lain faktor asupan gizi pada balita, status kesehatan balita, pertahanan pangan, lingkungan sosial dsb.

Sedangkan target nasional prevalensi stunting pendek dan sangat pendek pada balita sebesar 14% dan prevalensi wastin ( kurus sangat kurus) pada balita sebesar 7% di tahun 2024.

Issue kssehatan ibu dan anak dengan kondisi kematian ibu dan bayi juga masih tinggi target nasional tahun 2024,angka kematian ibu 183 per 100.000 kelahiran hidup, angka lematian bayi 16per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan pada tahun 2023, di Kabupaten Bireuen,ada 9 kematian ibu dan 81 kematiqn bayi, Pemerintah Kabupaten Bireuen terus melakukan berbagai upaya menangulangi hal tersebut agar tidak terus terjadi.

Kondisi di Kabupaten Bireuen tahun 2023 capaian imunisasi baru 12,7% angka ini masih sangat jauh dari target nasional 95%.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bireuen,telah mengeluarkan Perbup Nomor 29 Tahun 2020,Tentang Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Bireuen, Kemudian Perbup Nomor 30 Tahun 2020, Tentang Peran Desa Dalam Penurunan Stunting, Perbub Nomor 10 Tahun 2023, Tentang Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Bireuen,kemudian Perbup Nomor 13 Tqhun 2023, Tentang Percepatan Penurunan Kematian Ibu,Bayi dan Anak Balita Di Kabupaten Bireuen.

“Kebijakan tersebut diperlukan sebagai bentuk komitmen dan strategi dalam upaya menyelesaikan masalah gizi Kesehatan ibu, anak serta imunisasi.” dikatakan Pj Bupati Bireuen.*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *