Laporan wartawan sorotnews.co.id : Hendra.
PIDIE KAYA, ACEH – Malam yang penuh isak tangis dan keharuan menyelimuti Masjid Islamic Center Al-Taqarub, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh, Rabu kemaren. Ribuan warga berkumpul dalam gelaran zikir dan doa bersama untuk mengenang tragedi tsunami Aceh yang meluluhlantakkan kehidupan dua dekade silam.
Sejak petang, jamaah yang datang dari berbagai penjuru tampak memadati masjid dengan penuh khidmat. Setelah shalat magrib berjamaah, acara dilanjutkan dengan makan bersama, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat meskipun hati diliputi kesedihan mendalam. Zikir dan doa bersama dimulai usai shalat isya, mengalun lembut, menggetarkan hati setiap orang yang hadir.
Tragedi tsunami Aceh, yang merenggut ratusan ribu jiwa, meninggalkan luka mendalam yang tak pernah pudar dari ingatan.
“Malam ini, kita tidak hanya mengenang mereka yang telah pergi, tetapi juga mendoakan agar mereka yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” ungkap Nazaruddin Ismail, ketua panitia acara, dengan suara bergetar.
Momentum ini juga menjadi awal baru bagi Kabupaten Pidie Jaya, ditandai dengan prosesi tepung tawar (peusijuek) untuk Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Tgk. H. Sibral Malasyi dan pasangannya, yang akan memimpin pada periode 2025–2030.
Tgk. H. Sibral Malasyi, dalam sambutannya, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada masyarakat.
“Tsunami adalah tragedi yang mengajarkan kita betapa berharganya kebersamaan dan doa. Hari ini, mari kita satukan hati untuk mengenang mereka yang telah tiada dan melangkah bersama membangun masa depan yang lebih baik,” ucapnya dengan nada haru.
Ia juga menekankan pentingnya persatuan pascapilkada.
“Kami bukan hanya pemimpin satu kelompok, tetapi seluruh masyarakat Pidie Jaya. Mari kita bahu-membahu membangun daerah yang kita cintai ini agar menjadi tempat yang lebih maju dan sejahtera,” tambahnya.
Zikir dan doa bersama ini bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga bentuk solidaritas yang menguatkan rasa kemanusiaan. Di tengah suara doa yang menggema, tergambar harapan agar Pidie Jaya terus tumbuh menjadi daerah yang damai dan makmur, serta menjadi bukti bahwa kenangan tsunami Aceh akan selalu hidup dalam hati masyarakat.
Acara ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap musibah, ada kekuatan dan harapan yang harus terus dirajut. Di malam penuh haru itu, doa-doa yang mengalir tak hanya ditujukan untuk mereka yang telah tiada, tetapi juga untuk masa depan yang lebih cerah bagi Aceh.**