Tiwi, Anak dengan Down Syndrome, Ikut Berbagi di Sekolah TK Permata Amalina 2

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Nur Qolbi. 

BEKASI, JABAR – Kegiatan Berbagi Sembako yang rutin diselenggarakan oleh TK Permata Amalina 2 kembali digelar tahun ini. Acara ini bukan hanya sekadar aksi sosial, tetapi juga menjadi sarana pendidikan karakter bagi anak-anak, termasuk bagi siswa berkebutuhan khusus dengan Down Syndrome seperti Pratiwi atau yang akrab dipanggil Tiwi, Jumat (21/3/2025).

Menurut Penyelenggara Acara Berbagi di Bulan Ramadhan, Sekolah TK Permata Amalina 2, Ibu Tresy mengungkapkan “Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama dan mengaplikasikan rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

“Kami ingin anak-anak belajar memiliki sifat dermawan dan mau berbagi dengan mereka yang kurang beruntung,” tambahnya.

Tiwi, seorang anak berkebutuhan khusus dengan Down Syndrome berusia enam tahun, turut serta dalam kegiatan ini. Keikutsertaannya menunjukkan bahwa kegiatan berbagi tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak tanpa kebutuhan khusus, tetapi juga sebagai upaya menstimulasi rasa empati dan kepedulian mereka.

Bunda Siti Khoemaeroh, wali kelas Tiwi, menyatakan bahwa, “Metode pendekatan individu sangat diperlukan dalam mendidik Tiwi. Kami berusaha memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada Tiwi agar ia bisa berkembang dengan baik,” ungkapnya.

Ia juga mengakui adanya tantangan dalam mengajari Tiwi, terutama karena suasana hati yang sering berubah-ubah. Namun, perkembangan Tiwi sejak pertama kali masuk sekolah hingga sekarang cukup menggembirakan.

“Alhamdulillah, Tiwi sudah mulai mau melakukan kegiatan bersama. Ia juga mulai mengenali teman-temannya, meskipun belum terlalu intens dalam berinteraksi,” tambah Bunda Siti.

Sebanyak 17 paket sembako dibagikan dalam kegiatan ini, yang diberikan kepada anak yatim/piatu, marbot, dan satpam sekolah. Penyelenggara acara berharap kegiatan ini dapat menginspirasi orang tua dan masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar, terutama kepada mereka yang membutuhkan.

Bunda Siti juga berharap Tiwi dapat terus menjalani terapi agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang bersifat inklusif.

“Kami ingin Tiwi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena sekolah ini adalah sekolah umum, bukan sekolah khusus,” jelasnya.

Kegiatan Berbagi Sembako ini menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu akademik, tetapi juga membentuk karakter dan kepedulian sosial sejak dini. Dengan adanya dukungan dari guru dan lingkungan sekolah, Tiwi dan anak-anak lainnya diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan dermawan.**

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *