PT DI Bersama BRIN Percepat Pengembangan Pesawat Tanpa Awak

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Arya. 

JAKARTA – PT Dirgantara Indonesia (DI) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) semakin mempercepat pengembangan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) berkemampuan Medium-Altitude Long Endurance (MALE) buatan dalam negeri.

Program ini merupakan salah satu dari 10 prioritas industri pertahanan nasional yang telah dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan berlanjut pada era Presiden Prabowo Subianto. Upaya ini diharapkan dapat segera memasuki tahap uji terbang.

Konsolidasi PT DI dan BRIN untuk pengembangan PTTA MALE

Direktur Utama PT DI, Gita Amperiawan, mengatakan, kedua pihak, PT DI dan BRIN, telah melakukan konsolidasi untuk mempercepat uji terbang PTTA MALE Elang Hitam (EH-1B). Meski demikian, ia belum dapat mengungkapkan secara rinci tahapan pengembangan pesawat tersebut.

Sementara itu, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) kembali menegaskan peran PT DI sebagai integrator dalam pengembangan PTTA MALE ini.

Dalam rapat koordinasi yang berlangsung pada akhir Oktober 2024, Ketua KKIP Letjen TNI (Purn) Yoedhi Swastanto menyatakan perlunya membentuk konsorsium baru untuk melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan pesawat tempur ini.

Rencana uji terbang PTTA MALE EH-1B

Dalam rapat itu, PT DI yang diwakili Direktur Utama Gita Amperiawan, PTTA MALE Elang Hitam (EH-1B) bakal menjadi dasar pengembangan PTTA MALE kombatan buatan dalam negeri.

“Apabila telah siap baik dari aspek teknis, anggaran, maupun pendukung lainnya, akan dilaksanakan uji terbang PTTA MALE EH-1B di Pangkalan TNI AU Iswahjudi Madiun,” demikian siaran resmi KKIP, dikutip ANTARA, Kamis (7/11/2024).

Sementara, Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, menyoroti beberapa masalah teknis yang masih dihadapi dalam pengembangan Elang Hitam, meski rincian masalah tersebut belum dipublikasikan.

Sejarah pengembangan EH-1B dan perubahan fokus

Program pengembangan PTTA MALE Elang Hitam telah dimulai sejak 2015 dengan pembentukan konsorsium pada 2017 yang melibatkan berbagai lembaga, termasuk Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI Angkatan Udara, Institut Teknologi Bandung, PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri.

Pada 2019 bertambah satu anggota, yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). PT DI dan BPPT, kini melebur menjadi bagian dari BRIN— pada 2019 berhasil membuat rangka (airframe) PTTA MALE Elang Hitam dan meluncurkan itu ke hadapan publik di hanggar PT DI, Bandung, Jawa Barat.

Namun, pada 2020, BRIN mengalihkan fokus program ini dari versi militer ke drone sipil karena kendala dalam penguasaan teknologi kunci.

Keputusan tersebut muncul setelah serangkaian uji terbang yang gagal pada 2021. Meskipun demikian, pada Rapat Pleno KKIP Oktober 2024, keputusan untuk melanjutkan pengembangan PTTA MALE untuk kebutuhan militer kembali ditegaskan dengan PT DI kembali memimpin sebagai integrator utama.**

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *