Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Arya.
KAB. TASIKMALAYA, JABAR – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung kemandirian industri pertahanan nasional dengan menerima kunjungan Thales Belgium di Kawasan Produksi III, Tasikmalaya. Kunjungan ini bertujuan mempererat kembali kerja sama strategis yang pernah terjalin antara kedua perusahaan, khususnya dalam produksi roket.
Delegasi Thales Belgium yang dipimpin oleh Domain Director, Thomas Colinet, disambut langsung oleh Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal, bersama jajaran manajemen PTDI. Dalam kunjungan ini, delegasi diajak meninjau fasilitas produksi Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) dan Wrap Around Fin Aerial Rocket (WAFAR)—dua produk unggulan yang telah mendukung kebutuhan sistem senjata TNI.
Kerja sama PTDI dan Thales Belgium bukanlah hal baru. Pada 1985–1996, PTDI (dahulu IPTN) memproduksi motor roket kaliber 2,75 inci (70 mm) melalui lisensi dari Forges de Zeebrugge SA (sekarang Thales Belgium). Kolaborasi ini direncanakan untuk dihidupkan kembali melalui Perjanjian Kerangka Kerja, meliputi pemasaran, penjualan, dan produksi roket untuk pasar domestik dan regional.
“Rencana kerja sama ini adalah bentuk kesiapan PTDI dalam memenuhi kebutuhan roket di Indonesia, sambil memanfaatkan potensi dan kapabilitas industri dalam negeri. Ini sejalan dengan visi kami untuk mendukung kemandirian alutsista nasional,” ungkap Moh Arif Faisal.
PTDI telah mengintegrasikan roket 2,75 inci (70 mm) ke berbagai platform milik TNI, baik helikopter maupun pesawat tempur. Beberapa platform tersebut meliputi:
- Helikopter: AS555 Fennec, BO105, Bell 212, NAS332 Superpuma.
- Pesawat tempur: F-16 dan Embraer Supertucano.
- Platform lain: Apache, Mi-35P, dan S70 Blackhawk.
Sejak 1985, PTDI telah memproduksi lebih dari 43.000 unit roket FFAR dan WAFAR dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 20-40%. Untuk hulu ledaknya, PTDI telah memproduksi lebih dari 40.000 unit dengan TKDN mencapai 60-85%.
PTDI memastikan produknya memenuhi standar internasional melalui sertifikasi dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Sertifikasi ini mencakup berbagai komponen strategis, seperti Smoke Warhead WD-703 dan Rocket Motor RD-7010, yang menjamin keamanan dan kualitas produksi.
Thales Belgium berencana memulai kerja sama melalui perakitan roket di fasilitas PTDI, dengan target transfer produksi bertahap. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai TKDN roket PTDI menjadi lebih dari 40%.
Selain itu, PTDI dan Thales juga membahas pengembangan roket terpandu sebagai langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan Alpalhankam TNI 2025–2029.
“Kami optimis kolaborasi ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kesiapan PTDI dalam mendukung TNI menjaga kedaulatan negara,” tambah Moh Arif Faisal.
Dengan dukungan penuh dari Kementerian Luar Negeri RI, kolaborasi ini tidak hanya memperkuat posisi PTDI di sektor pertahanan domestik, tetapi juga membuka peluang ekspansi ke pasar regional.
Melalui sinergi ini, PTDI terus menunjukkan perannya sebagai ujung tombak industri pertahanan Indonesia yang berorientasi pada teknologi modern dan kemandirian nasional.