Laporan wartawan soritnews.co.id : Marselin SK.
MANGGARAI, NTT – Pengelolaan Dana Desa (DD) dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Bere, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, NTT, diduga syarat akan “Dugaan Korupsi”.
Banyak kejanggalan dalam pengelolaan Dana Desa yang terjadi, mulai dari tahun 2022, 2023 dan 2024. Begitu juga dengan penyertaan modal Bumdes tahun 2020 yang tidak jelas.
Kepada Sorot News pada Rabu 8 Februari 2024, beberapa warga desa Bere yang minta identitasnya dirahasiakan menyampaikan, bahwa dugaan korupsi pengelolaan DD dan Bumdes sudah lama terjadi di Desa Bere.
“Saat ini para perangkat Desa Bere, mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan para staf serta bendahara sibuk saling menyalahkan satu sama lain. Itu terjadi karena mereka bingung dengan kondisi yang ada,” kata mereka.
“Sejak tahun 2022, 2023 dan 2024, pengelolaan DD banyak yang diduga menyimpang dan syarat akan “Dugaan Korupsi”. Bahkan diduga ada pekerjaan fisik yang belum dikerjakan sampai sekarang,” ungkap nya.
“Beberapa proyek yang pernah mereka kerjakan diduga asal-asalan seperti pekerjaan Rabat beton di Munde serta proyek di Cipi,” jelasnya.
“Ada juga proyek pembagian ternak babi. Saat ini sudah banyak yang mati, itu karena babi yang diberikan kepada warga masih kecil dan belum layak. Tetapi dipaksakan,” bebernya.
“Ada juga proyek bantuan rumah murah, dimana dananya banyak disunat pengelola. Mereka memberi bahan yang jumlahnya tidak sesuai perjanjian awal,” tutur mereka.
Masih banyak lagi contoh lain yang terjadi, semuanya tumpang tindih dan menimbulkan kekecewaan masyarakat Desa Bere.
Pengelolaan Dana Desa di Desa ini tertutup, selama ini tidak ada keterbukaan. Jarang dipasang papan proyek, sehingga warga tidak tau ini proyek tahun berapa dan jumlah dana dan volumenya berapa.
“Kami menduga ada konspirasi besar yang terjadi antara Kepala Desa Bere berinisial KP, Sekretaris Desa berinisial DD, Staf Desa sekaligus Ketua Bumdes berinisial ESM dan BW,” katanya.
“Sementara informasi yang kami dapat selama ini bendahara desa sebagai lambang saja, yang berperan mengelola DD yaitu Kades berinisial KP, Sekdes berinisial DD, Staf Desa berinisial ESM dan satu lagi staf desa berinisial BW,” jelasnya.
“Begitu juga dengan pengelolaan Dana Bumdes, yang telah mendapat suntikan modal sebanyak Rp.100 juta pada tahun 2020. Sampai sekarang tidak jelas uangnya kemana,” ungkapnya.
Ketua Bumdes sekaligus Staf Desa yang berinisial ESM diduga sudah lari ke Papua. Dia menghindar dari tanggung jawabnya. Ini yang harus ditelusuri.
“Kami mendengar informasi bahwa uang 100 juta tersebut diduga masih berada ditangan perangkat desa berinisial DD juga BW yang dengan sengaja meminjam uang tersebut untuk kepentingan pribadi,” ungkapnya.
“Ketua Bumdes ini juga bertindak sebagai Staf Desa bagian Pembangunan. Dia punya peran mengelola keuangan desa Bere. Sementara faktanya uang yang dikelola tidak jelas rimbanya,” jelasnya.
“Kami kecewa dengan sikap Kepala Desa, Sekretaris Desa, para Staf Desa yang tertutup dan diduga terlibat dalam konspirasi yang merugikan masyarakat ini,” kata mereka dengan kecewa.
“Sebagai masyarakar desa Bere, Kami muak dengan semua yang terjadi dan telah diterapkan di Desa Bere ini, ini harus diusut tuntas, tutur mereka,” katanya.
“Kami meminta agar aparat penegak hukum segera menelusuri pengelolaan Dana Desa serta Dana Bumdes di Desa Bere ini, sehingga terungkap siapa yang berperan dalam menyalahgunakan Dana Desa dan Dana Bumdes tersebut,” pinta mereka.
Sorot News telah berusaha menghubungi Kepala Desa dan Bendahara Desa Bere, namun mereka belum memberi tanggapanya.**