Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Arya.
ABU DHABI, UEA – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan industri pertahanan nasional dengan berpartisipasi dalam International Defense Exhibition (IDEX) 2025 yang berlangsung di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), Uni Emirat Arab, pada 17–21 Februari 2025.
Partisipasi PTDI di bawah naungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) mendapat dukungan penuh dari Duta Besar RI untuk UEA, Husin Bagis. Dalam ajang internasional bergengsi ini, PTDI bergabung bersama anggota Holding Defend ID dan sejumlah industri pertahanan swasta di booth Indonesia Defense Industries, menampilkan berbagai produk unggulan seperti pesawat CN235-220, NC212i, N219, serta inovasi Urban Air Mobility (UAM) hasil kolaborasi dengan PT Vela Prima Nusantara.
Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, dan Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal, turut hadir dalam pameran ini. Kegiatan ini menjadi momentum strategis bagi PTDI untuk memperkuat eksistensi di pasar global, menjalin kerja sama dengan mitra internasional, serta membuka peluang kontrak baru demi mencapai target perusahaan.
Salah satu momen penting dalam IDEX 2025 adalah kesepakatan Non-Disclosure Agreement (NDA) antara PTDI dan Milkor, perusahaan pertahanan terkemuka asal Afrika Selatan yang berfokus pada solusi pertahanan udara, darat, dan laut. Kerja sama ini bertujuan mengembangkan produk Unmanned Aerial Vehicle (UAV) kelas ringan dan sedang.
Melalui kolaborasi ini, Milkor akan mendukung PTDI dalam menyempurnakan teknologi UAV produksi Indonesia, khususnya drone Wulung dan Medium Altitude Long Endurance (MALE). Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan UAV Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Sebelum mengembangkan UAV Elang Hitam, PTDI bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Balitbang Kemhan telah lebih dahulu mengembangkan drone Wulung. UAV ini dirancang untuk mendukung berbagai misi, baik sipil maupun militer. Untuk kebutuhan sipil, Wulung dapat digunakan untuk pemantauan wilayah rawan kebakaran hutan atau kemacetan, sementara dalam fungsi militernya, Wulung berperan sebagai UAV pengintai.
Drone Wulung telah mendapatkan Type Certificate dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA), yang membuktikan bahwa produk ini memenuhi standar kelayakan udara nasional. Dengan bobot maksimum 125 kg, kapasitas bahan bakar 35 liter, dan mesin piston tipe pusher bertenaga 22 horsepower, Wulung mampu menjalankan misi Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR) secara otomatis.
Sejak pengujian pertamanya pada 9 Mei 2015 di Bandara Nusawiru, Jawa Barat, Wulung telah menjalani 13 kali uji terbang sertifikasi. Setelah melewati berbagai tahapan pengembangan dan uji kelayakan, produksi massal Wulung resmi dimulai pada Mei 2016 dengan pesanan awal dari Kementerian Pertahanan.
Meski sudah memenuhi standar yang diminta TNI AU, Wulung menghadapi beberapa tantangan teknis, salah satunya adalah kebisingan mesin yang mengurangi efektivitas UAV dalam misi pengintaian. Dengan jangkauan operasi sejauh 73 kilometer dan kecepatan jelajah 111 km/jam, Wulung memiliki daya tahan terbang selama empat jam, namun perbaikan performa masih menjadi fokus pengembangan.
Melalui kerja sama dengan Milkor, PTDI berupaya mengatasi tantangan teknis yang ada, termasuk mengurangi tingkat kebisingan mesin untuk mendukung operasi UAV yang lebih senyap. Kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing teknologi drone Indonesia di pasar internasional.
Partisipasi PTDI dalam IDEX 2025 menjadi bukti komitmen Indonesia untuk terus mendorong inovasi di sektor pertahanan, membuktikan bahwa karya anak bangsa mampu bersaing di kancah global. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, PTDI terus melangkah maju, membawa kebanggaan bagi industri pertahanan nasional.**