Laporan wartawan sorotnews.co.id : Nur Qolbi.
JAKARTA — Gelombang protes mahasiswa yang dikenal dengan sebutan “Indonesia Gelap” kembali mengguncang berbagai kota di Indonesia. Aksi ini merupakan respons terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap kontroversial, termasuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 yang menyebabkan pemangkasan anggaran besar-besaran, terutama di sektor pendidikan.
Di Jakarta, ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berkumpul di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat. Mereka membawa spanduk dan poster berisi kritik terhadap pemerintah, serta meneriakkan tuntutan untuk menghentikan pemotongan anggaran pendidikan dan meninjau ulang program MBG. Aksi ini diwarnai dengan pembakaran ban dan kericuhan kecil antara demonstran dan aparat keamanan, Jumat (14/3/2025).
Koordinator pusat BEM SI, Herianto, menyatakan bahwa Indonesia saat ini “dipimpin oleh matahari kembar”, merujuk pada pengaruh mantan Presiden Joko Widodo terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto. Ia juga menyoroti kebijakan larangan penjualan gas elpiji 3kg secara eceran yang diberlakukan tanpa sepengetahuan Presiden Prabowo dan kemudian dicabut kembali. Menurutnya, mahasiswa kecewa setelah Prabowo meneriakkan “Hidup Jokowi!” saat peringatan ulang tahun ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center.
Aksi serupa juga terjadi di Yogyakarta, di mana ribuan mahasiswa melakukan long march dan membakar ban di depan gedung DPRD DIY. Di Surabaya, protes berakhir ricuh setelah mahasiswa membakar keranda, memaksa polisi menembakkan water cannon untuk membubarkan massa. Sementara itu, di Malang, ribuan mahasiswa turun ke jalan meskipun diguyur hujan deras.
Tagar #IndonesiaGelap menjadi trending di media sosial, dengan lebih dari 14 juta cuitan dalam 24 jam terakhir. Selain mahasiswa, aksi ini juga mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk penggemar K-pop seperti NCTzen dan Super Junior, yang menyediakan kebutuhan medis, makanan, dan minuman bagi para demonstran melalui penggalangan dana.
Menanggapi protes ini, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menegaskan bahwa dana yang dialokasikan untuk perguruan tinggi, Kartu Indonesia Pintar untuk kuliah, dan beasiswa tidak akan dipotong. Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menyatakan bahwa Indonesia “tidak benar-benar gelap” seperti yang dislogan oleh para mahasiswa, dan mengajak mereka untuk tetap optimis.
Namun, mahasiswa menuntut tindakan nyata dari pemerintah untuk menghentikan pemotongan anggaran pendidikan dan meninjau ulang kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Mereka berjanji akan terus menggelar aksi hingga tuntutan mereka dipenuhi.**